Minggu, 30 Agustus 2009

Hati-hati Memilih Sahabat

Islam sudah memberikan batasan-batasan yang jelas dalam hal pertemanan ini. Mengapa?? Karena teman memiliki pengaruh yang besar sekali. Rasulullah SAW pernah bersabda, “Seseorang itu tergantung agama temannya. Maka hendaklah salah seorang dari kalian melihat siapa temannya.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi).

Maka Rasulullah SAW mengingatkan agar kita hati-hati dalam memilih teman. Terutama harus mengenali kualitas agama dan akhlak teman. Bertemanlah dengan mereka yang berjalan dengan tuntunan Allah, misalnya, teman yang memelihara kehormatan dan auratnya, yang amanah, yang berkata baik.
Imam Ali kw yang dikenal memiliki ungkapan yang tajam dan berisi, berkata pada anaknya, Imam al-Hasan, saat ia berada di pembaringan setelah dirinya ditusuk oleh Ibnu Muljam, "Wahai anakku! jagalah empat perkara dan empat yang lain."

"Apakah itu wahai ayahku?" tanya al-Hasan as.

Imam Ali kw berkata, "Sesungguhnya kekayaan yang paling baik adalah akal, kefakiran terbesar adalah kebodohan, kebiadaban terkeji adalah ujub, dan semulia-mulianya pekerjaan adalah baik budi."

"Lalu empat yang lain wahai ayahku ?" tanya al-Hasan lebih lanjut.

Imam Ali menjawab :

"Hati-hati, janganlah bersahabat dengan orang bodoh, sebab dia ingin menyenangkanmu namun malah menyengsarakanmu karena kebodohannya. Janganlah kamu bersahabat dengan pembohong, sebab dia menjauhkan sesuatu yang dekat denganmu dan mendekatkan sesuatu yang jauh darimu. Jangan kau bersahabat dengan orang yang kikir, karena ia tak akan peduli padamu pada saat kamu sangat membutuhkannya. Terakhir, jangan pula kamu bersahabat dengan para pendosa sebab dia akan menjualmu dengan harga yang murah."

Demikianlah perbincangan penuh hikmah antara menantu Rasulullah dan cucunya tersebut. Sebuah perbincangan yang patut kita renungkan dalam-dalam dan kita ambil pelajaran.

Imam Ali kw yang memiliki ketajaman mata hati itu menyarankan pada kita semua agar selektif dalam membentuk lingkungan di mana kita hidup. Kita dianjurkan untuk tidak mencemari diri kita dengan sahabat yang bodoh, yang tidak kritis, yang menjual muka demi mencapai kepentingan pribadi. Kita diajak untuk memilih sahabat yang memiliki mata hati dan nurani jernih agar persahabatan kita benar-benar terjalin berdasarkan pada rasa cinta karena Allah. Di mana persahabatan itu akan melahirkan dinamisme yang terus-menerus dan bukan hanya bersifat romantis saja.

Di mata Ali, sahabat yang bodoh atau membodohi hanya akan menjerumuskan ke jurang yang sengaja mereka gali untuk kita. Sahabat yang bodoh atau membodohi akan senantiasa tidak peka dan tidak memiliki daya lindung pada sahabatnya. Apalagi jika sahabat yang kita pilih adalah pembohong, baik itu pembohong politik, ekonomi, dan hukum, mereka akan menjebak kita pada sebuah jaring yang membuat kita tertelikung sedangkan mereka akan tertawa terbahak-bahak.

Seorang sahabat pembohong akan menjadikan kita semakin jauh dari kebenaran dan akan semakin dekat dengan kebatilan. Apalagi jika sahabat yang kita pilih adalah manusia kikir. Sosok ini, ketika telah meraup banyak keuntungan dari kita dan suatu ketika kita membutuhkan dirinya dia akan menjadi manusia yang paling menjauhi kita. Dia tidak akan lagi melirik pada kita, sebab persahabatan yang dia bangun sebelumnya memang hanya untuk mengejar harta dan kepentingan dunia. Ketika dunia sudah di tangan dan tak ada lagi yang dia butuhkan, maka dihempaskanlah kita.

Sungguh benar ungkapan Imam Ali as. Makanya, hati-hatilah dengan manusia model di atas agar kita selamat. Utamanya para pemimpin, di mana berbagai kepentingan dan intrik selalu berebutan dan mengepung di sekelilng dirinya.

Rasulullah SAW melarang kita untuk berteman dengan orang yang suka berbuat dosa-dosa besar dan ahli maksiat, dan jangan pula mendekati teman yang kafir dan munafik.

Namun tentu bukan berarti Anda tidak boleh bergaul dalam kegiatan yang sifatnya umum seperti bertetangga dan jual beli atau urusan pekerjaan dan pergaulan umumnya. Dalam hal ini hukumnya termasuk dalam hukum muamalah, artinya, boleh bermuamalah dengan siapa saja, Muslim maupun non-Muslim, orang kaya atau miskin, orang pintar atau bodoh, orang kikir atau dermawan.Rupawan atau biasa saja, Orang pribumi atau pendatang dan sebagainya dan sebagainya, Tetapi ingat, jangan jadikan mereka semua sebagai Sahabat. , ..

Wallahualam bissawab

Lebak Bulus, 28 Agustus 2009 jam 22.00 WIB

Semoga Bermanfaat,
Wassalamualaikum wr.wb
Imam Puji Hartono (IPH)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar