Senin, 21 September 2009

Suami mengambil istri muda

”Payah, dia susah diajak gituan!”, “Gimana gue betah di rumah kalo dia molor melulu nggak ngerti kemauan Gue!”, “Akh, biarin aja dia tahu gue “jajan” di luar biar dia sadar hahaha..”, “Gak apa-apa jajan di luar yang penting nggak dinikah”, “Dia juga tahu kalo saya punya simpenan tapi pura-pura nggak tahu, yg penting RT tetap utuh”. Begitulah contoh beberpa statemen mereka saudara-saudara kita yg rumah tangganya kacau atu hubungan cintanya di ambang kehancuran. Intinya keluhan tentang sex sangat dominan yang berujung ke perceraian dan perpisahan walaupun mereka adalah pasangan yang telah memadu cinta bertahun-tahun dengan lengketnya kayak perangko sama amplop aja.

Yang saya tahu kebanyakan keluhan seperti di atas datang dari kaum lelaki. Maklum lelaki punya masa bhakti seksuil jauh lebih lama daripada perempuan. Kabarnya lelaki sampai usia 70an masih perkasa sedangkan perempuan usia 50an sudah lengser dari kebutuhan biologis yang butuh stamina, kehangatan, dan rupa-rupa model dan gaya agar tidak bosen demi merawat keharmonisan pasangan. Maka tak heran kalo pasangan laki-perempuan yang beda usia sangat pendek lebih mudah gonjang-ganjing akibat kebutuhan spesial ini tidak terpenuhi.

Tapi kebanyakan kita menutup-nutupi masalah ini seolah-oleh perkara muncul dari hal-hal di luar itu. Maklum kita bangsa timur merasa tabu bicara urusan ranjang secara terang-terangan kepada pasangan. padahal pengalaman menunjukan bahwa akibat perkara ini mudah meletupkan hal-hal sepele menjadi besar dan dibesar-besarkan karena kekecewaan yang dipendam-pendam. Gampangannya akibat kepala pusing tidak ada pelampiasan birahi maka dikit-dikit ngambek, dikit-dikit sewot, dikit-dikit cek-cok. Runyam deh…

Jaman modern ini kita makin intens disuguhi tontonan yang mengundang birahi dari media TV yang saben hari nyelonong ke dalam rumah kita. Ada yang lewat film, sinetron, macem-macem berita dan hiburan, iklan dll. Bahkan di Amerika saja banyak keluhan bagaimana iklan hampir semua produk tak lepas dari adegan sarat godaan seksuil dg mengeksploitasi kemolekan wanita yang berpakaian sangat minim, bersuara menggoda lawan jenis, dan ajakan terselubung untuk free sex. Khususnya dalam bentuk iklan-iklan yang dibiayai oleh perusahaan-perusahaan besar.

Di negeri kita banyak banget iklan model gitu. Lihat saja iklan produk kopi-susu, juga kacang kulit. Perempuan yg jadi model iklan membawakannya dengan gerakan dan desahan yg mengasosiasikan kopi-susu dan kucang kulit dg alat vital kaum hawa, bukan?

Iklan memang sangat ampuh. Bagaimana tidak? iklan itu dirancang dg seksama, diolah oleh kaum prof, diuji secara psikologis agar tembus alam bawah sadar pemirsa, dan berbiaya sangat mahal. Hebatnya lagi, kita yang disuruh nonton iklan kita pula yg membiayayi iklan. Produsen mamasukan belanja iklan ke dalam biaya produksi yang akan menaikan harga produk. Dan ajaibnya apapun implikasi iklan tidak akan ada permintaan tanggung jawab publik kepada si pencipta beserta sponsornya.

Para ahli meyakini bahwa pengaruh iklan sama kuatnya dengan ajaran agama dan setara dengan perintah guru kepada muridnya. Jadi bagaimana kalo iklan yang kita nikmati tiap hari itu dijejali dg tayangan sensual dan seksuil? Bukankah berakibat naiknya tuntutan kebutuhan biologis kepada pasangan kita? Dan bagaimana kalo tuntutan itu tidak terpenuhi, Ehm! Ehm!

Sejatinya kita paham bahwa sebuah perkawinan akan terawat dengan membangun rasa saling percaya, saling cinta, saling mengasihi, saling mendukung, saling menghargai, saling membutuhkan, saling jujur dan terbuka, tak ada dusta di antara kita. Orang Islam bilang agar terbangun mahligai rumah tangga yg sakinah-mawaddah-warohmah. Teorinya begitu. Prakteknya tidak mudah bo!!! Sering kali yg namanya cinta identik dg sex. Terutama untuk pasangan muda yang lagi doyan-doyannya begituan. Salah-salah menggarap kebutuhan yg satu ini bisa berantakan semua urusan.

Saya tidak punya resep mengatasi semua itu karena saya bukan ahlinya. Kalopun ada mungkin hanya cocok untuk diri saya sendiri atau untuk orang yg punya sifat mirip dengan saya. Pengalaman hidup saya adalah banyak pasangan yang bertengkar abis ngajak pisahan. Saya diminta jadi juru damai (saya sendiri pantang campur tangan kalo tidak diajak masuk ke dalam urusan RT siapapun). Biasanya saya hanya minta mereka perbaiki komunikasi, bicaralah dari hati ke hati, dan jangan cepat-cepat ambil keputusan berpisah. Usahakan perdamaian dan kerukunan dengan banyak beri waktu dan kesabaran mengarungi badai. Banyak di antaranya “come back to me”.

Nah, Kalo sudah mentok, kalo sudah berlama-lama dicoba tak ada hasil, saya serahkan putusan akhir kepada mereka. Saya hanya berpesan bahwa kita hidup di dunia ini sebentar dan semuanya ingin meraih bahagia. Kalo kalian tidak lagi menemukan kebahagian maka bertanyalah pada diri kalian sendiri, “apakah kalian ingin melanjutkan penderitaan sampai akhir hayat dg saling menyakiti terus-menerus?”. Ambilah keputusan terbaik meskipun pahit tanpa harus saling menyalahkan. Kalo harus berpisah anggap saja sudah tidak cocok lagi, Titik.

Kebanyakan, sekali lagi kebanyakan, pertengkaran RT akibat masalah seksual. Sedangkan pasangan yg baru pacaran banyak juga yg terganjal perkara seksual kalo mereka menganut paham bebas sex pra-nikah yg berujung pada putus cinta. Tapi semua itu pengalaman pribadi saya dg lingkungan sekitar dan pergaulan. jadi belum tentu terjadi hal serupa di tempat lain. Yang saya tahu kebanyakan manager prof di kota besar suka selingkuh. Soalnya di samping budaya permissive merajalela juga peluang berzina sangat terbuka. Prakteknya macem-macem: piara simpenan, check-in short time, “bobo-bobo siang”, sampai “mandi kucing” segala ha ha ha… Pejabat dan pengurus parpol juga banyak yg begitu.

Apalagi belakangan banyak hotel yg sediakan kondom gratis kepada tamu-tamu, maksudnya sih baik yaitu demi mencegah penyakit HIV/AIDS. Juga sebagian staff Front Office di beberapa hotel menengah ke bawah merangkap jadi muncikari dg profir sharing 30% buat staff dan 70% buat call girl. Makin mudah berzina, bukan? Yg model begini tidak ada di hotel syariah.

Mereka punya prinsip yg penting rumah tangga utuh. Sebagian istri pejabat dan istri pengusaha besar yg saya kenal adalah tahu bahwa suami mereka ada main di luar rumah. Tapi pura-pura tidak tahu. Alasannya demi keutuhan rumah tangga. Demi anak. Soalnya kalo ngamuk khawatir dijadikan alasan sang suami untuk kabur dari rumah.

Bagi yg alim dan takut dosa sebagian suami mengambil istri muda. Bisisk-bisik, Ada juga yg kawin kontrak (Mut’ah) jangka pendek gaya kaum syiah yg kotroversial yg dianggap serupa pelacuran terselubung, ini kebanyakan dilakukan pengusaha dan turis Timur Tengah dengan perempuan sekitar Sukabumi Jawa Barat. Ada juga sejenis kawin kontrak jangka panjang expatriate (pekerja asing) Bule, Jepang, Korea dg pribumi. Dengan demikian kawin kontrak adalah dalam rangka memenuhi kebutuhan seksuil selama menjadi musyafir jauh dari sang istri yg dg sabar dan setia nunggu suami pulang ke rumah. Nggak taunya suami udah kenyang gituan di luar rumah. Dengan daun muda lagi he he he…

Ada juga, profesional dapet tugas ke luar negeri untuk training di prinsipal / head quarter selama 6 bulan, dari sini bawa cewek yg dikontrak jadi escort lady tinggal se rumah, katanya lebih irit daripada jajan dengan cewek asing di negeri orang. Pokoknya macem-macem deh tipu-tipu lelaki demi kebutuhan biologis. Kebeneran banyak cewek yang mau, malah ada yg menawarkan diri.

Dari sekian banyak kasus yg saya temui secara pribadi hanya satu hal yg paling banyak menimbulkan pertanyaan kepada diri saya. Yaitu kenapa banyak istri yg tahu suaminya selingkuh (khususnya pejabat punya simpenan) tapi koq pura-pura tidak tahu??? Kalo saya sih langsung labrak, enak aja selingkuh…. Mendingan bubar apapun akibatnya!!! Itu kata saya lho.
”Payah, dia susah diajak gituan!”, “Gimana gue betah di rumah kalo dia molor melulu nggak ngerti kemauan Gue!”, “Akh, biarin aja dia tahu gue “jajan” di luar biar dia sadar hahaha..”, “Gak apa-apa jajan di luar yang penting nggak dinikah”, “Dia juga tahu kalo saya punya simpenan tapi pura-pura nggak tahu, yg penting RT tetap utuh”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar