Selasa, 22 September 2009

AL-QUR’AN & HADIST SEBAGAI LANDASAN BERBAGAI ASPEK KEHIDUPAN

Subhanallah walhamdulillah, Ramadhan masih menaungi kaum muslim. Maka sesungguhnya kaum muslim wajib untuk bersyukur, karena segala limpahan bonus berupa pahala dari amalan-amalan kebaikan masih dapat diraih di momen Ramadhan Big Sale kali ini. Maka wajib bagi kaum muslim pula untuk memperbaharui kepribadiannya (Syakhsiyah) menjadi lebih baik dari bulan-bulan sebelumnya bahkan ramadhan - ramadhan sebelumnya. Sesungguhnya orang-orang yang amalannya lebih baik daripada hari kemarin adalah orang-orang yang sangat beruntung, dan orang-orang yang sebaliknya adalah orang-orang yang sangat merugi.

Dalam momen Ramadhan ini terdapat malam yang benar-benar apabila seseorang mengerjakan ibadah didalamnya maka akan dilimpahkan kemuliaan. Allah SWT berfirman : ” Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu ? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar ” (QS.Al-Qadr:1-5).
Subhanallah, malam tersebut adalah malam yang spesial bagi kaum muslim, karena lebih baik daripada seribu malam. Mengapa disebut lebih baik daripada seribu malam ? Dalam suatu riwayat dijelaskan bahwa di zaman Bani Israil terdapat seorang laki-laki yang beribadah malam hari hingga pagi dan berjuang memerangi musuh pada siang harinya. Perbuatan itu dilakukan selama seribu bulan. Maka Allah menurunkan surat Al-Qadr ayat 1 sampai 3 yang menegaskan bahwa satu malam lailatul qadr lebih baik daripada amal 1000 bulan Bani Isra'il tersebut.
(Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Mujahid.).

Allah juga berfirman :
“ Demi Kitab (Al Quran) yang menjelaskan, sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah. (yaitu) urusan yang besar dari sisi Kami. Sesungguhnya Kami adalah Yang mengutus rasul-rasul “ (QS.Ad-Dukhaan:2-5)

Segala urusan yang dimaksud dalam Al Qur’anul kariim tersebut adalah segala perkara yang berhubungan dengan kehidupan makhluk seperti: hidup, mati, rezki, untung baik, untung buruk dan sebagainya. Mengapa demikian, karena malam itu adalah malam diturunkannya Al Qur’an yang mengatur berbagai aspek kehidupan manusia dari yang paling ringan, paling kompleks, hingga yang paling berat. Ustad Fadhlan, seorang Da’i asal pedalaman Papua dalam ceramahnya di momen Roadshow di Masjid Al Falah & Al Akbar Surabaya Agustus lalu bercerita bahwa beliau pernah berdebat dengan seorang Pendeta di Papua, beliau pun menanyakan kepada seorang pendeta mengenai adakah informasi mengenai turunnya Injil. Si Pendeta pun mencari di kitab-kitabnya dan tidak menemukan sama sekali penjelasan mengenai itu. Kemudian Ustad Fadhlan pun menunjuk Surat Matius dalam ayat tertentu yang berisi :

“ Akan datang seorang utusan yang pada saat itu Ia diperintahkan untuk membaca, kemudian Ia mengatakan bahwa Ia tidak dapat membaca. “

Surat tersebut adalah pembuktian bahwa akan ada seorang Rasul yang akan memberikan petunjuk yang haq kepada seluruh umat di dunia ini dan tentang turunnya Al Qur’an pada saat Rasulullah berada di dalam Gua Hira. Allah SWT berfirman :
“ Demi bintang ketika terbenam. kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru. dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya). yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat. yang mempunyai akal yang cerdas; dan (Jibril itu) menampakkan diri dengan rupa yang asli. sedang dia berada di ufuk yang tinggi. Kemudian dia mendekat, lalu bertambah dekat lagi. maka jadilah dia dekat (pada Muhammad sejarak) dua ujung busur panah atau lebih dekat (lagi). Lalu dia menyampaikan kepada hambaNya (Muhammad) apa yang telah Allah wahyukan. Hatinya tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya “ (QS.An-Najm:1-11)

Ayat tersebut menjelaskan tentang turunnya wahyu pertama kepada Rasulullah pada malam kemuliaan tersebut, dimana wahyu tersebut yang telah dikumpulkan dalam bentuk Al Qur’an benar-benar mengatur seluruh aspek kehidupan manusia. Karena sesungguhnya Allah SWT lebih tahu cara mengatur manusia daripada manusia itu sendiri.

Hukum Allah sebagai landasan berfikir, berperilaku, berhujjah, dan bernegara

Siapa mengira bahwa perlahan-lahan kaum muslim saat ini telah lama hidup tanpa kemuliaan. Kebanyakan dari kita seagama yang belum tentu se-akidah terbius dan terseret jauh dari Islam dan Al Qur’an. Padahal momen-momen kemuliaan tersebut (Turunnya wahyu pertama) senantiasa teringat dalam fikiran-fikiran kita saat Ramadhan tiba. Islam dizaman ini sekarang mulai terkerdilkan dan memang sengaja dikerdilkan. Hanya sebatas Sholat, Shodaqoh, Infaq, Zakat, dan lain sebagai-nya. Bahkan tadarus Al Qur’an saat malam-malam yang penuh berkah pun tidak jarang dilewatkan dan bahkan malah diarahkan ke acara-acara yang sama sekali tidak berguna seperti Inagurasi di kampus, pertunjukan-pertunjukan yang mempertontonkan aurat, dll. Subhanallah, Islam memang sudah dikerdilkan bahkan hendak dimusnahkan hingga sekedar nama.

Padahal jika kaum muslim ini benar-benar mau mengkaji Al Qur’an akan ditemui bagaimana Islam mengatur perilaku manusia secara benar, mengatur pemikiran manusia secara benar, perpolitikan secara benar, mengatur perekonomian secara benar, mengatur pergaulan secara benar, mengatur tata negara secara benar, mengatur landasan berteknologi secara lebih baik dan benar. Maka sesungguhnya yang patut dihargai secara nyata tentulah Rasulullah sebagai perumus konsep Negara yang terbaik di seluruh Dunia sepanjang masa, bukan yang lain, karena berlandaskan pada Hukum-hukum Allah SWT Yang Maha Pengatur (Al-Mudabir). Bahkan tidak hanya konsep, namun Rasulullah juga mengaplikasikannya dalam wujud Negara Islam Daulah Khilafah Islamiyah yang berdiri pertama kali di Madinah hingga keruntuhannya 13 abad kemudian yaitu di Turki (Khilafah Ustmaniyah). Keruntuhannya pun bukan disebabkan oleh Syariat Islam. Namun justru disebabkan oleh kaum muslim pada saat itu telah meninggalkan Syariat Islam sebagai prinsipnya. Sehingga mereka berpemikiran mundur dan menganut ide-ide kufur, yaitu ide-ide yang diluar dari Islam dan haram untuk dianut seperti Sekulerisme, Demokrasi, Nasionalisme, Kapitalisme, Pluralisme, Sosialisme, Komunisme, dan isme-isme kufur lainnya. Itulah yang menyebabkan kaum muslim saat ini dalam keadaan tidak pernah bangkit karena telah meninggalkan prinsipnya, yaitu Syariat Islam sebagai landasan berfikir. Padahal dengan Syariat Islam-lah kita bisa bangkit, sejahtera, berkecukupan bahkan berlebih-lebihan, cerdas, maju, canggih dan terdepan. Semoga Ramadhan kali ini dapat memberikan kita hidayah yang akhirnya dapat menggerakkan kaum muslim menuju kebangkitan yang Haq .

1 komentar:

  1. Ketika Rasulullah Saw. menantang berbagai keyakinan bathil dan pemikiran rusak kaum musyrikin Mekkah dengan Islam, Beliau dan para Sahabat ra. menghadapi kesukaran dari tangan-tangan kuffar. Tapi Beliau menjalani berbagai kesulitan itu dengan keteguhan dan meneruskan pekerjaannya.

    BalasHapus