Minggu, 11 Oktober 2009

Syfa ala nabi

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا أَنَّ النَّبِيَّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَّ كَانَ يَقُوْلُ لِلْمَرِيْضِ بِسْمِ اللهِ تُرْبَةُ أَرْضِنَا بِرِيْقَةِ بَعْضِنَا يُشْفىَ سَقِيْمُنَا بِإِذْنِ رَبِّنَا ( صحيح البخاري

“ Berkata Ummul Mu’minin Aisyah RA : Sungguh Nabi SAW berdoa untuk yang sakit ; Dengan Nama Allah , dengan tanah bumi kami, dan air liur di antara kami, sembuhlah yang sakit dari kami dengan izin Tuhan kami”. ( Shahih Al Bukhari )

"Sampailah kita pada hadits mulia ini, dimana Rasul SAW menunjukkan kemuliaan pada semua yang ada di alam semesta ini mengandung keberkahan, tanah bumi, air liur. Rasul SAW mengobati orang sakit dengan menaruhkan ibu jarinya di lidahnya seraya berdoa :

بِسْمِ اللهِ تُرْبَةُ أَرْضِنَا بِرِيْقَةِ بَعْضِنَا يُشْفىَ سَقِيْمُنَا بِإِذْنِ رَبِّنَا

(Bismillah/Demi Nama Allah dg Tanah Bumi Kami, dengan air liur sebagian dari kami, sembuhlah yg sakit dari kami, dengan izin Tuhan Kami)

Lantas menempelkan ibu jarinya di lidahnya, kemudian menyentuhkannya ke bumi lalu mengusapkannya pada yang sakit.

Hadirin hadirat…
Hujjatul Islam wa barakatl anam Al Imam An Nawawy di dalam Fathul Bari bisyarh Shahih Al Bukhari mensyarahkan makna, bahwa tanah itu mempunyai kemuliaan penyembuh, kenapa Sang Nabi menyentuhkan ke tanah, karena asal muasal manusia dari tanah, dan disentuhkan pula pada air liur, ada apa dengan air liur, air liur yang sudah di lewati doa dan zikir itu mulia dan bisa membawa keberkahan, karena ucapan beliau :

بِرِيْقَةِ بَعْضِنَا

“ Dengan air liur sebagian dari kami “, lalu disentuhkan ke bumi kemudian diusapkan, itu untuk menyembuhkan. Makna dari hadits ini kita (saya) sampaikan adalah semua yang ada di alam ini jika disentuh dengan kemuliaan mengandung keberkahan dan kemuliaan. Demikian pula Al Imam An Nawawy Hujjatul Islam wabarakatul Anam menjelaskan di dalam syarah An Nawawiyah di dalam Shahih Muslim, bahwa bertabarruk dan mengambil barakah dari bekas sentuhan para shalihin adalah hal yang mustahab fiihi ( dianjurkan ) dan ini adalah salah satu dalilnya. Jadi, hadirin hadirat..ketika air minta di doakan tidak harus pada shalihin, semua muslim juga bisa mendoakan air. Doakan untuk sahabatmu yang sedang sakit, untuk sahabatmu yang sedang terkena musibah doakan air dengan surah Al Fatihah, boleh tidak? Boleh, siapapun boleh tidak harus para shalihin, tidak harus para ulama’ tapi kalau para ulama’ atau para shalihin tentunya afdhal.

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah..
Hal seperti ini adalah hal yang mulia dan terbukti dalam ilmu pengetahuan. Tentunya sering kita dengar bahwa Prof. Massaro Emoto yang ketika meneliti air itu berubah menurut emosi orang yang di dekatnya, kalau dilihat dengan mikroskop dg skala tertentu air yang dekat dengan orang yang sedang marah atau mencaci maki maka air itu berubah wujudnya menjadi buruk, sebaliknya jika orang berhati senang, tenang dan damai maka air itu akan berubah wujudnya menjadi lebih indah jika dilihat dengan mikroskop dengan skala tertentu. Hal ini dengan emosi kita air bisa berubah, lebih-lebih lagi dengan doa kalimatullah al ‘ulya (Al Ulya : Luhur dan Mulia).

Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah…
Demikian indahnya sunnah Nabi kita Muhammad SAW, dan kelembutan Allah SWT itu mencapai untuk seluruh makhlukNya, bukan hanya manusia tapi seluruh makhlukNya diperhatikan dan dilihat oleh Allah SWT.

Diriwayatkan dalam Shahih Al Bukhari, diceritakan oleh Sayyidina Muhammad SAW ketika salah seorang nabi dari Bani Israil yang sedang duduk di bawah pohon, maka ia digigit seekor semut, seekor semut menyakitinya, nabi itu bangun dari tempat duduknya dan memerintah rakyatnya untuk membongkar sarang semut itu dan membakarnya, karena perbuatannya benar secara syariah, kenapa benar? karena semua hewan yang yang mengganggu manusia halal dibunuh, namun kita lihat bagaimana teguran Allah kepada Sang Nabi bersama nabi itu, ini bukan Nabi Muhammad tapi nabi yang diceritakan oleh Nabi Muhammad SAW seorang nabi sebelum beliau. Maka Allah mengirim Jibril dan menegur nabi itu seraya berkata :

فَهَلاَّ نَمْلَةٌ وَاحِدَةٌ

“ Bukankah cuma seekor semut saja? ” yang berbuat kenapa dibakar semuanya.

Seekor semut pun diperhatikan oleh Allah SWT nasibnya, satu yang berbuat kenapa semuanya di bunuh??, demikian teguran Ilahi. Al Imam Ibn Hajar di dalam fathul baari menjelaskan bahwa perbuatan sang nabi itu benar, karena secara syariah semua hewan yang membahayakan manusia boleh dibunuh, tapi adalah didikan kelembutan dari Ilahi khusus untuk nabi itu untuk memberi pelajaran pula kepada kita bahwa bagaimana lembutnya Allah SWT pada seluruh makhlukNya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar