Minggu, 11 Oktober 2009

Surat Untuk Allah.. (Ijinkan Aku Mencium-Mu Sekali Saja)

Dengan menyebut nama-Mu ya Allah Yang Maha Pemurah..

Yang telah mengirimkan berlembar-lembar surat cinta kepadaku sebagai pelita dalam merayap di kegelapan bumi..

Seperti penunggang kuda di kegelapan padang pasir,
Engkau berikan aku jalan, Engkau ajarkan kidung-kidung cinta dan kehidupan, hingga aku bisa melantunkannya di bawah panas matahari dan nikmat cahaya bulan yang menggantung..

Kusaksikan rerumputan perdu, pepohonan, embun yang bersujud diatas bentangan selembar daun, dan sebutir pasir terinjak yang bertasbih..

Juga kesegaran yang Engkau jatuhkan, yang karenanya terbangkitkanlah jiwaku untuk melukis wajah indah-Mu dengan gerimis..

Aku berlari, menerobos, dan terbang menembus langit yang Engkau tinggikan,
seperti kapuk-kapuk randu merekah, aku melayang-layang lambat dan jatuh memyentuh bumi yang Engkau hamparkan dengan nikmat buah-buahan harum bunga..

Dan masih kuingat ratapan-Mu..
"Begitu cinta dan sayangnya Aku padamu, apalagi yang hendak kau ingkari?! kau dustakan dari cinta dan kasih sayang-Ku..!!"

Aku terdiam! Diamnya sebutir pasir yang menatap lautan..
"Apalagi yang hendak kau ingkari dari kecintaan-Ku padamu?!" Engkau mengulang dan mengulangnya lagi, hingga aku tercerai berai, menggelinding lepas seperti butiran-butiran tasbih yang jatuh di lantai mengkilat di bibir mihrab..

Entah, tiba-tiba aku ingin terlelap tidur, meski tidak didera rasa kantuk..
Ya Allah Yang Maharahman dan Maharahim, aku mengerti bagaimana Engkau takar perbandaharaan surga dengan harga yang murah, semurah kalbu dalam ekstase rukuk dan sujud..

Dengan menyebut nama-Mu ya Allah Yang Maha Penyayang..
Tak henti-hentinya Engkau, Duhai yang Mahaagung melimpahkan kenikmatan pada seorang hamba..
Sungguh tidaklah cukup tangisku dan ratapanku malam ini untuk menggambarkan Engkau..,

Oh.. Dzat Yang Maharahman, aku hanyalah seorang hamba.. Seorang "Hamba"!!
Seorang Budak, "Budak"!!!
Seorang hamba, seorang budak yang acapkali membutakan matanya sendiri akan surat-surat perantaraan kalam-Mu..

Membutakan Pandangan pada langit-Mu yang memayungi, Bumi-Mu yang terhampar, dan laut-Mu yang tanpa batas..

Seorang budak yang sering menulikan pendengarannya akan seruan-seruan dari peringatan peringatan-Mu..

Seorang budak yang dengan kebodohannya menutup pintu hatinya sendiri.. Pintu ketenangan, cahaya, dan pintu kehadiran-Mu..

Ya Allah Yang Maharahman dan Maharahim,
yang senantiasa membentangkan tangan-Nya pada waktu malam agar bertaubat orang yang melakukan kesalahan di siang hari, dan membentangkan tangan-Nya di siang hari agar bertaubat orang yang melakukan kesalahan di malam hari, terus dan terus hingga matahari terbit dari barat..

Ampuni aku yang belum bisa mencintai-Mu,
sebagaimana Engkau yang senantiasa menghadirkan cinta dan pengampunan..
Yang tak mampu menghadirkan tangis kerinduan, sebagaimana tangisan dan kerinduan Muhammad di Jabal Nur..
Yang tak mampu melamunkan-Mu, sebagaimana kekhusyukan Imam Ali yang mengalahkan datangnya maut..

Ya Allah Yang Maharahman dan Maharahim, yang berseru..
"Hai Bani Adam! Sesungguhnya selama engkau berdoa dan mengharap kepada-Ku, niscaya Aku ampuni
dosa-dosamu.. Wahai Bani Adam! Jika Sekiranya dosa dan kesalahanmu setinggi awan, lalu engkau memohon ampun kepada-Ku, niscaya Aku ampuni.. Wahai Bani Adam! Andai engkau datang membawa dosa sebanyak isi bumi kemudian engkau mati dalam keadaan tidak menyekutukan Aku, niscaya Aku akan datang padamu membawa ampunan seisi bumi pula"

Sungguh, ampuni aku ya Allah, yang enggan membalas surat-surat cinta-Mu, meski surat itu sering kubaca dan kukagumi..

Maafkan aku yang belum bisa membalas cinta-Mu, meski aku meyakini kesungguhan dan ketulusan cinta-Mu..

Maafkan aku yang hanya punya sedikit kerinduan terhadap-Mu, meski aku tahu bahwa kerinduan terhadap-Mu adalah kerinduan pada diriku sendiri..

Maafkan aku yang hanya memberi sedikit tempat pada-Mu dalam lamunanku, meski aku tahu lamunanku pada-Mu adalah zikir bagi kedamaian hati..

Ya Allah Yang Maharahman dan Maharahim..
Ampuni aku yang untuk pertama kalinya menulis surat untuk-Mu,
namun bukan surat cinta, bukan surat kerinduan, dan bukan pula lamunan kegilaanku pada-Mu..

Ya Allah Yang Maharahman dan Maharahim..
Aku bermohon pada-Mu, jika sudah saatnya tiba, ijinkan aku menulis sepucuk surat terakhir kalinya untuk-Mu..

Mungkin surat cinta, bisa jadi surat kerinduan, dan tak mustahil lamunan-lamunan kegilaanku pada-Mu..
Sungguh, jika saatnya tiba, "Ijinkan aku mencium-Mu sekali saja.."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar