Minggu, 11 Oktober 2009

MEMBUKA TABIR (HIJAB) YANG MEMBATASI DIRI DENGAN ALLAH

DAFTAR ISI

A. MEMBINA PRIBADI

Perbaikan Akhlak

1. Sabar
a). Sabar Disiplin/Ta’at
b). Sabar Berkewajiban
c). Sabar menurut hukum

2. Syukur

3. Ridha bil Qadha


B. LATIHAN RUHANI DAN JENJANG YANG HARUS DILALUI

1. Tujuan Takhalli
a). Membersihkan diri dari kotoran hati (sifat-sifat tercela)
b). Cara membersihkan jiwa/hati:
i). Tingkat Pertama: Suci dari Najis dan Hadas
ii). Tingkat Kedua: Suci dari Dosa Lahir
iii). Tingkat Ketiga: Suci dari Dosa Bathin
iv). Tingkat Keempat: Suci Hati Rabbaniyah

2. Tujuan Tahalli
a). Dasar Perbaikan Akhlak.
b). Sifat yang Menyinari Hati/Jiwa
c). Mendekatkan Diri kepada Allah
i). Tingkat Pertama: Syariat
ii). Tingkat Kedua: Tarekat
iii). Tingkat Ketiga: Hakekat
iv). Tingkat Keempat : Ma’rifat

3. Tujuan Tajalli ialah
a). Taubat
b). Istiqamah
c). Tahzib
d). Taqarrub






A. MEMBINA PRIBADI

Perbaikan Akhlak

Firman Allah swt. dalam Al-Quran (S. Al-Kahfi: 110)

"Maka barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh (memperbaiki akhlak) dan janganlah ia mempersekutukan apapun dalam beribadat kepada Tuhan (bersih dari segala kotoran hawa nafsu)"


Al-Ghazali di dalam kitabnya Kimyaus-Saadah menyatakan:

"tujuan perbaikan akhlak ialah membersihkan qalbu dari kotoran hawa nafsu dan amarah hingga hati menjadi suci bersih bagaikan cermin yang dapat menerima Nur Cahaya Tuhan”


1. Sabar

Firman Allah swt. dalam Al-Quran (S. Al-Baqarah: 45 - 46)

"Jadikanlah sabar dan Shalat sebagai penolongmu, dan sesungguhnya yang demikian itu adalah tugas berat kecuali bagi orang yang khusyu"

Orang-orang yang khusyu' itu adalah orang yang menyukai bahwa mereka itu akan bertemu dengan Allah dan bahwa mereka akan kembali kepadaNya"
Menurut Al-Ghazali, 'Sabar' adalah meninggalkan segala macam pekerjaan yang digerakkan oleh hawa nafsu, tetap pada pendirian agama yang pasti bertentangan dengan kehendak hawa nafsu, semata-mata karena menghendaki kebahagiaan dunia dan akhirat"


Pembagian Sabar:

a). Sabar Disiplin/Ta’at

• Sabar sebelum ta’at, adalah:
Niat yang ikhlas, tujuan yang benar, merasa berkewajiban atas keyakinan agama dalam menerima peraturan berupa perintah atau larangan

• Sabar dalam melaksanakan keta’atan, adalah:
Melaksanakan kewajiban sampai selesai, berkala dan secara terus menerus dengan penuh tanggung jawab dan kesungguhan

• Sabar setelah melaksanakan keta’atan, adalah:
Tidak merasa bangga dengan selesainya suatu pekerjaan, tidak iri hati atas kekurangan diri atau kelebihan orang lain, tidak riya' untuk dikagumi hasil usahanya
b). Sabar Berkewajiban.
Mengetahui suatu kewajiban saja tidak cukup untuk dapat mengerjakan suatu pekerjaan tanpa disertai dengan kesabaran dan sebaliknya mengetahui sesuatu larangan belum tentu dapat meninggalkannya tanpa disertai kesabaran

c). Sabar menurut hukum terbagi dalam:
• Sabar untuk menjauhkan diri dari segala yang haram, hukumnya 'wajib'
• Sabar untuk menjauhkan diri dari segala pekerjaan makruh, hukumnya 'sunnah'
• Sabar dalam menjalankan hukuman karena pelanggaran yang dilakukan, hukumnya 'harus'
• Sabar dalam membela kehormatan atau hak milik, hukumnya 'haram'. Sifat sabar dalam keadaan ini dinamakan 'sabar Saja'ah' (sabar berani)


Firman Allah dalam Al-Quran (S. Al-Anfaal: 46)

"Bersabarlah kamu sekalian, sesungguhnya Allah beserta mereka yang sabar"


2. Syukur

Berterima kasih kepada Allah atas segala nikmat pemberianNya. Arti Syukur adalah keadaan seseorang yang mempergunakan seluruh nikmat yang diberikan/ dikaruniakan oleh Allah semata-mata hanya untuk berbuat kebajikan (ibadah)


3. Ridha bil Qadha

Ridha adalah rela menerima dengan apa yang ditentukan dan ditaqdirkan Allah kepadanya. Rela berjuang dijalan Allah, mencari semata-mata keridhaan Allah (Ibtighaa Madhatillah)


Kesimpulan Sabar, Syukur dan Ridha adalah tiga sifat terpuji yang sangat tinggi nilainya, karena dapat membawa kita kepada ketinggian budi pekerti dan akhlak yang merupakan kekuatan yang dapat menimbulkan sifat yang berkemauan keras, berjiwa besar dan bertanggung jawab

Pendidikan Tasawuf dimulai pertama-tama dengan perbaikan akhlak, mencapai tingkat demi tingkat yang lebih tinggi, dari Muslim biasa menjadi Mukmin menjadi Muhsin menjadi Muttaqin menjadi Mukarrabin menjadi Arifin - mengenal dan merasakan Allah secara sungguh – sungguh
Dengan sifat-sifat tersebut, mereka memasuki latihan-latihan jiwa dan mujahadah dengan sistem sebagai berikut:

• Takhalli: mensucikan diri dari segala dosa lahir dan dosa bathin
• Tahalli: mengisi diri dengan segala sifat yang terpuji
• Tajalli: memperoleh hakekat kenyataan Tuhan, karena suci bersihnya hati dalam mencintai Allah
B. LATIHAN RUHANI DAN JENJANG YANG HARUS DILALUI

1. Tujuan Takhalli ialah:

a. Membersihkan diri dari kotoran hati/sifat-sifat tercela

Firman Allah dalam Al-Quran (S. Asy-Syams: 9 & 10)

"Sesungguhnya berbahagialah orang yang mensucikan jiwanya dan sungguh merugilah orang yang mengotori jiwanya"


Sifat - sifat yang mengotori jiwa/hati:
• Hasad-iri hati
• Haqad-dengki/benci
• Su’uzh-zhan-sangka buruk
• Kibir-sombong
• Ujub-merasa lebih sempurna diri dari orang lain
• Riya’-memamerkan kelebihan diri
• Sum’a-cari nama atau kemasyhuran
• Bukhul-bakhil/kikir
• Hubbul Mal-cinta kebendaan
• Tafahur-membanggakan diri
• Ghadab-pemarah
• Ghibah-pengumpat
• Namimah-bicara dibelakang orang
• Kizib-dusta
• Khianat-munafik
• Maksiat Lahir-segala perbuatan yang dikerjakan oleh anggota badan manusia yang merusak orang atau diri sendiri sehingga membawa pengorbanan benda-benda, fikiran dan perasaan
• Maksiat Bathin-lebih berbahaya karena tidak kelihatan dan kurang disadari dan sukar dihilangkan


b. Cara membersihkan jiwa/hati:

Tersingkapnya tabir/hijab yang membatasi diri dengan Tuhan adalah suci bersihnya diri/jiwa dari kotoran-kotoran maksiat lahir dan maksiat bathin

Menurut Ahli Tarekat ada 4 kelompok dinding/hijab yang membatasi diri dengan Tuhan-nya dan juga ada 4 jalan yang dapat membuka diri dari dinding/hijab itu

i). Tingkat Pertama: Suci dari Najis dan Hadas

Untuk dapat bersih dari najis maka wajib bersuci dengan air atau beristinja dengan tanah
• Suci dari hadas besar (keluar mani) maka wajib mandi
• Suci diri dari hadas kecil maka wajib berwudhu

Seorang yang hendak menghubungkan diri dengan Tuhannya, yaitu Allah swt. maka wajib untuk menjaga kebersihan badannya, bersih pakaiannya, bersih tempatnya, bersih lahir dan bathinnya.
ii). Tingkat Kedua: Suci dari Dosa Lahir

Ada 7 anggota badan yang membuat dosa lahir yang disebut maksiat, yaitu:

• Mulut-dusta/ghibah
• Mata-melihat yang haram
• Telinga-mendengar cerita kosong
• Hidung-menimbulkan rasa benci
• Tangan-merusak
• Kaki-berjalan membuat maksiat
• Kemaluan-bersyahwat/berzina (termasuk makanan yang haram, baik jenis dan sumbernya)

iii). Tingkat Ketiga: Suci dari Dosa Bathin

Ada 7 alat pembuat dosa bathin yang dinamakan 7 Lathaif (Petikan: Pengantar Ilmu Tarekat oleh Abubakar Aceh)

• Lathifatul Qalby - berhubungan dengan jantung jasmani
Letaknya dua jari di bawah puting/susu kiri. Di sinilah letak sifat-sifat kemusyrikan, kekafiran, ketahyulan dan sifat-sifat iblis. Untuk mensucikannya, dzikir dengan membaca 5,000 kali-Allah, Allah. Pada tingkat ini hati diisi dengan Iman, Islam, Ihsan, Tauhid dan Ma’rifat

• Lathifatur Ruh - berhubungan dengan rabu jasmani.
Letaknya dua jari di bawah puting/susu kanan. Di sinilah letaknya sifat Bahimiyah (binatang jinak), yaitu sifat menurut nafsu. Untuk mensucikannya dzikir dengan dipalu sekeras-kerasnya 1,000 kali-Allah, Allah

• Lathifatus Sirri
Letaknya dua jari di atas puting/susu kiri. Di sinilah letaknya sifat 'Syabiyah' (binatang buas), yaitu sifat zalim/aniaya, pemarah dan pendendam. Untuk mensucikannya dzikir dengan membaca 1,000 kali-Allah, Allah. Pada tingkat ini hati diisi dengan sifat kasih sayang dan ramah-tamah

• Lathifatul Khafi-dikendalikan limpa jasmani
Letaknya dua jari di atas putting/susu kanan. Di sinilah letaknya sifat 'Syaitaniyah' yaitu hasad/dengki, munafik dan khianat. Untuk mensucikannya dzikir 1,000 kali membaca Allah, Allah dengan dipalukan sekeras-kerasnya. Pada tingkat ini hati diisi dengan sifat Syukur dan Sabar

• Lathifatul Akhfa-berhubungan dengan empedu jasmani.
Letaknya di tengah-tengah dada. Di sinilah letaknya sifat riya’, takabur/sombong, ujub/membanggakan diri dan sum'a/cari nama atau kemasyhuran. Untuk mensucikannya dzikir 1,000 kali membaca Allah, Allah. Pada tingkat ini hati diisi dengan sifat Ikhlas, Khusyu', Tadarru’ dan Tafakkur
• Lathifatun Nafsun Natiqah
Letaknya di antara dua kening. Di sinilah letaknya 'nafsu ammarah' penghalang besar untuk menciptakan perbaikan masyarakat. Untuk mensucikannya dzikir 1,000 kali membaca Allah, Allah. Pada tingkat ini hati diisi dengan sifat Tenteram dan Pikiran Tenang

• Lathifatul kullu Jasad-kendalikan seluruh tubuh jasmani.
Dalam Lathifah ini terletak sifat jahil dan ghaflah (kejahilan dan alpa). Untuk mensucikannya hendaklah dzikirk 1,000 kali-Allah, Allah sehingga mengalir dzikir disekujur badan jasmani sehingga tiada tempat untuk sifat kebendaan/kejahilan dan kelalaian/Ghaflah. Pada tingkat ini hati diisi dengan sifat Ilmu dan Amal.

iv). Tingkat Keempat: Suci Hati Rabbaniyah
Yang dimaksudkan dengan Lathifatul Qalby di sini bukanlah jantung jasmani, tetapi "Lathifatur Rabbaniyah" adalah Ruh yang suci yang paling halus dan memerintah serta mengatur badan dan anggota badan jasmani. Dialah hakekat diri yang sebenarnya. Induk dari lathifah-lathifah yang lain

Sabda Rasulullah s.a.w:

"Di dalam tubuh anak Adam ada segumpal daging apabila ia baik, maka baiklah seluruh jasad dan apabila ia rusak maka rusaklah seluruh jasad. Ketahuilah, dia itu ialah 'hati'

Lathifah Rabbaniyah adalah tempat jatuhnya penilikan Allah kepada manusia. Menurut Kaum Sufi, bahwa kehidupan dan alam penuh dengan rahasia-rahasia tersembunyi. Rahasia ini tertutup oleh dinding/hijab, tetapi apabila bisa terbuka dan dapat tersingkap dapat melihat atau merasakan atau berhubungan dengan jelas segala rahasia tsb, asal kita menempuh jalannya. Jalan itu dinamakan 'Tarekat'. Ahli Tarekat menempuh jalan pendidikan dalam 3 tingkatan, yaitu: Takhalli, Tahalli dan Tajalli


2. Tujuan Tahalli ialah:

Mengisi diri dengan sifat-sifat yang terpuji (menyinari hati)

a). Dasar Perbaikan Akhlak.
Kaum Sufi mengatur suatu ajaran untuk memperbaiki tata kehidupan dan penghidupan manusia agar manusia itu menjadi 'manusia wara' yang ikhlas dalam beribadat kepada Allah, ikhlas dalam pengabdian untuk melayani masyarakat dan damai/berpartisipasi dalam kehidupan

Firman Allah dalam Al-Quran (S. An-Nahl: 90)

"Bahwa sesungguhnya Allah memerintahkan untuk berlaku adil, berbuat kebajikan, hidup berkeluarga. Dan melarang kekejian, kemungkaran dan permusuhan. Bahwa Tuhan mengajarkan kepada kamu sekalian (pokok - pokok akhlak itu) agar kamu sekalian menjadi perhatian”
Ajaran itu menurut istilah sufi dinamakan: Takhalli, Tahalli dan Tajalli. Sistem ajaran ini memerlukan latihan-latihan dan perjuangan dengan tanjakan-tanjakan dari satu tingkat ke tingkat yang lebih tinggi, yakni dari mensuci bersihkan hati ke tingkat menyinari hati sampai dekat diri kepada Allah dalam keadaan Tajalli

b). Sifat yang Menyinari Hati/Jiwa

Sifat yang menyinari hati/jiwa menurut Kaum Sufi dinamakan sifat-sifat terpuji. Menurut Al-Ghazali di dalam kitabnya "Arbain fi Ushulid-Din" sifat-sifat terpuji itu adalah:

• Taubat-menyesali diri dari perbuatan yang tercela
• Khauf/Taqwa-perasaan takut kepada Allah
• Ikhlas-niat dan amal yang tulus atau suci
• Syukur-rasa berterima kasih
• Zuhud-hidup sederhana, apa adanya
• Sabar-tahan diri dari segala kesukaran
• Ridha-bersenang diri menerima keputusan Allah
• Tawakkal-menggantungkan diri, nasib kepada Allah
• Mahabbah-cinta kepada Allah semata-mata
• Dzikrulmaut-selalu ingat mati

Maka apabila manusia telah menaungi dan mengisi hatinya dengan sifat-sifat terpuji itu, maka hati menjadi cerah dan terang dapat pula menerima cahaya dari sifat - sifat tadi

c). Mendekatkan Diri kepada Allah

Untuk mendekatkan diri kepada Allah perlu melalui apa yang lazim dikerjakan oleh Kaum Sufi yaitu Kesempurnaan Agama Islam yang dapat dicapai dalam 4 tingkatan sebagai berikut:

i). Tingkat Pertama: Syariat

Artinya mengerjakan amal badaniyah atas segala hukum-hukum: shalat, puasa, zakat dan haji. Syariat adalah peraturan-peraturan yang bersumber dari Al-Quran dan As-Sunnah. Tujuan utama syariat ialah membangun kehidupan manusia atas dasar amar ma'ruf dan nahi mungkar

Syariat membagi ma'ruf kepada 3 kategori, yaitu:

• Fardhu atau wajib
• Sunnah atau mustahab
• Mubah atau sia-sia

Selanjutnya syariat membagi munkarat atas 2 kategori, yaitu:

• Haram
• Makruh

Peraturan-peraturan yang diatur oleh syariat itu adalah atas dasar Al-Quran dan As-Sunnah yang merupakan sumber hukum dalam Islam untuk keselamatan manusia
Menurut Ahli Sufi, bahwa Ssyariat itu baru merupakan tingkat pertama menuju jalan kepada Tuhan. Tarekatlah yang merupakan perbuatan untuk melaksanakan syariat itu. Apabila 'Syariat' dan 'Tarekat' dilaksanakan dan dikuasai maka lahirlah 'Hakekat' yang tidak lain adalah perbaikan keadaan dan ihwal, sedang tujuan terakhirnya adalah 'Ma’rifat', yaitu mengenal Allah yang sebenar-benarnya, serta mencintaiNya sebaik-baiknya.
Syariat ialah pengenalan perintah dan Hakekat ialah pengenalan pemberi perintah


ii). Tingkat Kedua: Tarekat

Dasar-dasar pokok mengenai Tarekat antara lain:

1. Sebuah Hadis Qudsi menyatakan:

"Adalah Aku suatu perbendaharaan yang tersembunyi, maka inginlah Aku supaya diketahui siapa Aku, maka kujadikanlah makhluk: Maka dengan Allah mereka mengenal Aku"

Dasar "Wihdhatul Wujud" yang menjadi faham Ahli Tarekat. Bahwa Allah itu permulaan kejadian, yang awalnya tiada permulaan. Allah telah ada dan tiada yang lain besertaNya. Dan agar supaya zatnya dilihat oleh sesuatu yang bukan zatnya, sebab itulah dijadikan segenap kejadian (Al-Khaliq)

2. Firman Allah dalam Al-Quran (S.Al-Jin: 16)

"Dan bahwa jika mereka tetap (istiqamah) menempuh jalan itu "TAREKAT" sesungguhnya akan Kami beri rezeki/rahmat yang berlimpah - limpah"

"Tarekat" adalah suatu sistem (tariqah) untuk menempuh jalan yang pada akhirnya akan mengenal dan merasakan adanya Tuhan, dalam keadaan seseorang dapat melihat Tuhan dengan mata hatinya (ainul bashirah).

Ini didasarkan atas pertanyaan Sayyidina Ali bin Abi Thalib kepada Rasulullah:
"Manakah Tarekat yang sedekat-dekatnya mencapai Tuhan?

Yang dijawab RasululLah s.a.w.:
"tidak lain daripada zikir kepada Allah".

"Syariat" mewajibkan seseorang menghadap Kiblat didalam Shalatnya, sedangkan "Tarekat" tidak hanya sampai di situ saja. Tarekat berpegang kepada Firman Allah: "Sembahlah Aku". Yang arti dan maksudnya adalah: semua ibadah dilakukan karena tujuannya adalah untuk ber-Taqwa (ta’at/takut) kepada Allah. Tetapi bukan hanya sekedar pengertian "syariat" yaitu mengerjakan apa yang diperintah dan menjauhkan apa yang dilarang
Menurut Ahli Tarekat, Taqwa adalah perpaduan dari 4 sifat:

• (ta)-Taubat
• (qaf)-Qona’ah atau khusyu'
• (wauw)-Wara’
• (alif)-Ikhlas beribadah mencari keridhaan Allah


iii). Tingkat Ketiga: Hakekat

Syariat merupakan peraturan, Tarekat merupakan pelaksanaan, maka Hakekat adalah tujuan pokok yakni pengenalan Tuhan yang sebenar-benarnya

Menurut Tarekat, hati wajib menghadap kepada Allah berdasarkan ayat Al Qur’an: "Fa'buduny-sembahlah Aku". Menurut kita menyembah Tuhan seolah-olah Tuhan terlihat, berdasarkan Hadits:

"Sembahlah Tuhanmu, seakan - akan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka sesungguhnya Tuhan melihat kamu"

Menurut Ma’rifat, adalah mengenal Allah untuk siapa dipersembahkan segala amal ibadah itu. Yang dengan khusyu' seseorang hamba merasa berhadapan dengan Allah, ketika ini perasaan bermusyahadah berhadap-hadapan dan bercakap-cakap dengan Allah seolah-olah Allah berkata: "Innani Ana Allah-Aku inilah Tuhan yakni Allah", maka kehadiran "hati" berkata: "Anta Allah-Engkaulah Allah". Lalu Allah berkata lagi: "Iqimish-shalata li dzikri-bershalatlah untuk mengingat akan Aku"

Demikian "Hakekat", adalah membuka kesempatan bagaimana salik mencapai maksudnya, yaitu mengenal Allah, Ma'rifatullah dan Musyahadah Nur yang Tajalli

Al-Ghazali menerangkan:

"Bahwa Tajalli itu adalah terbukanya Nur Cahaya yang ghaib bagi hati seseorang dan sangat mungkin yang dimaksudkan dengan Tajalli ialah Mutajalli yang tidak lain dari itulah Allah"


iv). Tingkat Keempat: Ma'rifat

Ma'rifat adalah tujuan pokok, yakni: mengenal Allah yang sebenar-benarnya. Taftazany dalam kitabnya "Syarhul Maqsid" menerangkan:

"Apabila seseorang mencapai tujuan terakhir dalam pekerjaan suluknya-ilalladan fillah, pasti dia tenggelam dalam lautan tauhid dan irfan, sehingga zatnya selalu dalam pengawasan zat Allah dan sifatnya selalu dalam pengawasan sifat Allah

Ketika itu orang itu fana’ dan lenyap dalam keadaan "masiwallah" terhadap apa-apa yang bersifat bukan Allah. Dia tidak melihat wujud alam ini melainkan hanya Allah semata

Al-Ghazali menerangkan:

"bahwa hatilah yang dapat mencapai hakekat sebagaimana yang tertulis pada Lauhin Mahfud, yaitu hati yang sudah bersih dan murni. Alhasil, tempat untuk melihat dan Ma'rifat Allah adalah "HATI"



3. Tujuan Tajalli ialah:

Mencari Kenyataan Allah

Firman Allah dalam Al-Quran (S.An-Nur: 35)

"Allah itu cahaya langit dan bumi"

Berlandaskan ayat ini Ahli Sufi yakin memperoleh pancaran Nur Allah dan Tajallinya Allah. Demikian Allah Tajalli dengan af-al, asma', sifat dan dzat-Nya yang tidak tersembunyi, "mutajalli min dzatihi la yakhfa"

Dalam menempuh jalan (Tarekat) untuk memperoleh kenyataan Tuhan (Tajalli), Ahli Sufi berusaha melalui ridha dengan latihan-latihan dan mujahadah (perjuangan) dengan menempuh jalan, antara lain melalui dasar pendidikan 3 tingkat iaitu: Takhalli, Tahalli dan Tajalli

Ada pula yang menempuh jalan suluk dengan sistem "Muratabatu - thariqah" yang terdiri dari 4 tingkat: (seperti sistem yang dipakai oleh Tarekat Naqshabandiyah):

a). Taubat
b). Istiqamah: Ta’at lahir dan bathin
c). Tahzib: terdiri dari beberapa riyadhah (latihan) seperti puasa, mengurangi tidur dan menyendiri
d). Taqarrub: mendekatkan diri kepada Allah dengan berkhalwat, dzikir terus-menerus

Seterusnya maka sampailah salik pada Maqam Nihayah: Fana-uhu 'ala baqa-ihi wa ghaya-tuhu 'ala hudu-rihi, yaitu fana dalam kebaqa’an Allah dan lenyap dalam kehadiran Allah. Hal demikian bisa berhasil karena Tuhan Maha Cahaya terhadap hambaNya dan Tuhan adalah sumber Cahaya dan Ilmu. Apabila Allah telah menembusi hati hambaNya dengan 'nur' dan Cahaya-Nya, maka berlimpah ruahlah Rahmat-Nya


Semoga bermanfa’at,
Was-salaamun ‘alaik

*) Dirangkum dari berbagai sumber bacaan

2 komentar:

  1. izin copy smoga allah membalas kebaik saudara
    trimakasih

    BalasHapus
  2. izin copy smoga allah membalas kebaik saudara
    trimakasih

    BalasHapus